FAWĀTIHU
AL-SUWAR DI DALAM
AL-QUR’AN
Makalah
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu :
KH. Luthfi
Thomafi, Lc
Oleh :
MuhamadFachriDzulfikar
NIM:
2014.01.01.272
FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM
STUDI ILMU QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL ANWAR
SARANG
REMBANG
2015
FAWĀTIHU
AL-SUWAR DI DALAM
AL-QUR’AN
Oleh: Muhamad
Fachri Dzulfikar
I.
Pendahuluan
Al-Qur’an
adalah kitab suci Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Ṣalla Allah ‘Alaihy wa Sallammelalui malaikat Jibril dan merupakan mukjizat dari-Nya. Kitab
suci tersebut diturunkan kurang lebih dalam kurun waktu 23 tahun. Kedudukan
al-Qur’an sangat tinggi, karena eksistensinya berperan sebagai petunjuk umat
manusia dalam melangsungkan hidupnya sesuai dengan ajaran yang benar, bahkan
menjadi rujukan utama dalam ajaran islam.
Al-Qur’an
merupakan kitab suci istimewa, karena tidak ada seorangpun yang bisa menandingi
kitab tersebut. Pembahasan Fawatihu al-Suwar, sebagian ulama memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui Allah. Ada juga
yang melihat persoalan ini sebagai suatu rahasia yang juga dapat diketahui
manusia disamping Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
II.
Pembahasan
Fawatihu al-Suwar
Secara bahasa, fawatih al-suwar adalah pembukaan-pembukaan
surat yang terdapat dalam al-Qur’an, karena posisinya terletak diawal surat
dalam al-Qur’an. Seluruh surat dalam al-Qur’an di buka dengan sepuluh macam
pembukaan dan tidak ada satu suratpun yang keluar dari sepuluh macam tersebut.[1]
Beberapa ulama telah melakukan
penelitian tentang fawatih al-suwar dalam al-Qur’an, diantaranya adalah imam
al-Qasthalani, beliau membagi kepada sepuluh macam. Sementara ibnu Abi al-Isba
juga telah melakukan penelitian dan beliau membagi kepada lima macam saja.[2]
Dan dalam pembahasan ini kami akan mengetengahkan pendapat al-Qasthalani:
Adapun sepuluh
macam menurut beliau adalah :
A.
Pembukaan
pujian kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Pujian kepada Allah ada dua macam yaitu:
1.
Menetapkan
sifat-sifat terpuji(الاٍثبات الصفات الماض) dengan:
2.
Mensucikan
Allah dari sifat-sifat negatif(تشبح عن صفات نقص)dengan
menggunakan lafaz tasbih (يسبح, سبح, سبح, سبحن). Sebagaimana terdapat dalam tujuh surat.[5]
B.
Pembukaan
dengan panggilan (الإستفتح بنداْ). Nida disini ada tiga macam, yaitu: Nida untuk nabi, misalnya, (يااييها النبي) terdapat dalam tiga surat. Nida untuk
mukminin (ياايها
الذين امنوا)
terdapat tiga surat. Nida untuk manusiat(ياايها الناس)terdapat dalam
dua surat.
C.
Pembukaan
dengan huruf-huruf terputus (الاستفتح بالاحرف المنقطعه). Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan
memakai 14 surat tanpa diulang yaitu:أ,ي, ه, ن, م,
ل,ق, ط, ع, ص, س, ر,ح . Penggunaan huruf-huruf diatas dalam fawatih al-suwar disusun
dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari beberapa bentuk. Penjelasan tentang
huruf-huruf ini ada pada paragraf tersendiri setelah kesepuluh jenis fawatih
al-suwar tersebutkan.
D.
Pembukaann
dengan sumpah (الإستفتاح بقسام)terdapat dalam
16 surat dibagi kepada tiga bagian sebagai berikut:
a.
Sumpah
dengan benda angkasa, misalnya: Qs. An-Najm, Qs.Ath-thariq, dan lain-lain.
b.
Sumpah
dengan benda bawah, misalnya: QS.At-Tin, QS.Al-‘Adiyat, dan lain-lain.
c.
Sumpah
dengan waktu, misalnya: Qs.Al-‘Asr, Qs.Al-Lail, dan lain-lain.
E.
Pembukaan
dengan kalimat jumlah khabariyah ada 23 surat dan dibagi menjadi dua macam
sebagai berikut:
a.
Jumlah ismiyah,
jumlah ismiyah menjadi pembuka surat yang terdiri dari 11 surat, yaitu: بَرَاءَةٌ
مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ (QS. At-taubah), سُورَةٌ
أَنزَلْنَاهَا وَفَرَضْنَاهَا (QS.An-Nur).
b.
Jumlah
Fi’liyah, jumlah fi’liyah yang menjadi pembukaan surat terdiri dari 12 surat,
yaitu: يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنفَالِ (QS. Al-Anfal), قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (QS. Al-Mukminun) dan lain-lain.
F.
Pembukaan
dengan syarat (الإستفتاح بالشرط). Terdiri dari tujuh surat, yaitu: إِذَا
الشَّمْسُ كُوِّرَتْ
(QS.At-Taqwir), إِذَا
السَّمَاءُ انفَطَرَتْ (QS.Al-Infithar), dan lain-lain.
G.
Pembukaan
dengan kata perintah. Adapun pembukaannya terdiri dari 6 surat, yaitu: dengan
kata قُلْ
أُوحِيَ, اقْرَأْ, قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ, قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ,
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ, قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
H.
Pembukaan
dengan pertanyaan (al-Istiftaf bil Istifham). Bentuknya ada dua dan terdapat
empat surat dalam al-Qur’an, yaitu:
a.
Pertanyaan positif,
misalnya: هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنسَانِ (QS.Al-Insan).
b.
Pertanyaan
negatif, misalnya: أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ (Qs.Al-insyirah).
I.
Pembukaan
dengan do’a. Ada tiga surat didalam al-Qur’an, misalnya: وَيْلٌ
لِّلْمُطَفِّفِينَ
(Qs.Al-Muthaffifin).
J.
Pembukaan
dengan alasan (al-Istiftah bit-ta’lil). Ada satu surat didalam al-Qur’an,
misalnya: لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ (Qs.Al-Quraisy).
Setiap
macam pembukaan memiliki rahasia tersendiri, sehingga sangat penting untuk kita
pelajari. Diantara pembukaan surat itu diawali dengan huruf huruf terpisah
(al-Ahruf al-Munqata’ah). Dan orang sering mengidentikan dengan fawatih
al-suwar. Dan diantara ulama yang mengidentikannya adalah Manna Khalil
al-Qathan dalam karyanya “ Mabahis Fi Ulum al-Qur’an” padahal huruf al-munqatha’ah
bagian dari fawatih al-suwar.[6]
Setelah
Basmallah, terdapat 29 surat dengan sekelompok huruf, bahkan huruf
tunggal yang telah banyak menyebabkan diskusi dan refleksi dalam sejarah
pemikiran umat islam. Dilafalkan secara terpisah sebanyak huruf yang berdiri
sendiri. Huruf al-munqatha’ah (huruf yang terpotong-potong) disebut
fawatih al-suwar (pembukaan surat) menurut As-Suyuthi, tergolong dalam ayat
mutasyabihat. Itulah sebabnya banyak telaah tafsiriyah untuk mengungkapkan
rahasia yang terkandung di dalamnya.[7]
Huruf-huruf yang semacam itu dalam konteks yang tersurat (mantuq al-nash)
tidak memberikan pemahaman sama sekali, baik langsung atau tidak. Sehingga atas
dasar inilah kemudian para sarjana muslim awal menjadikan fawatih al-suwar
sebagai bagian dari ayat mutasyabihat, yang hanya diketahui takwilnya oleh
allah semata. Sebagaimana pengetahuan tentang hari kiamat, roh, keadaan dalam
rahim,dan sebagainya.
Pembukaan-pembukaan
surat dengan huruf munqatha’ah dapat dikategorikan kepada beberapa bentuk:
1.
Terdiri
atas satu huruf, terdapat dalam tiga surat, yaitu surat Shad,Qaf dan al-Qalam.
Surat pertama dibuka dengan Shad, kedua dengan Qaf, dan
ketiga dibuka dengan Nun.
2.
Terdiri dari
dua huruf, bentuk ini tedapat dalam 10 surat. Tujuh diantaranya disebut Hawamim
yang diawali dengan ha dan mim. Surat-suratnya adalah Ghafir,
Fushilat, as-Syura, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-jatsiyah, dan al-Ahqaf.
Khusus pada as-Syura pembukanya bergabung antara حم dengan عسق, tiga surat lagi adalah surat يس,
طه dan طس.
3.
Terdiri dari
tiga huruf, terdapat pada 13 surat. Enam diantaranya dibuka dengan الم yaitu surat al-Baqarah, al-‘Imran,
al-Ankabut, ar-Rum, al-Liqman, dan al-Sajdah. Lima surat dibuka dengan الر dalam Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim dan
al-Hijr. Surat asy-Syuara dan al-Qashash dibuka dengan طسم.
Menurut
para ulama, bahwa pemakaian huruf-huruf munqatha’ah ini sebagai isyarat
bahwa kitab suci tersebut disusun dari huruf hijaiyah yang sudah biasa dikenal
oleh masyarakat Arab. Disini lain fungsinya sebagai teguran keras dan bukti
atas ketidakmampuan orang-orang kafir untuk membuat sesuatu semisal al-Qur’an.
Pendapat ini dijelaskan oleh Zamakhsyari, al-Baidhawi, Ibn Taimiyah dan
al-Mizzi. Dalam hal ini terdapat dua kubu ulama yang mengomentari persoalan
ini.[9]
Pertama kubu Ulama Salaf, mereka memahaminya sebagai rahasia yang hanya
diketahui Allah. As-Suyuthi memandang pendapat ini sebagai mukhtar (terpilih).
Meraka
beranggapan bahwa huruf-huruf yang mengawali surat itu sudah dikehendaki Allah
sejak zaman azali, dan berfungsi sebagai argument untuk membantahkan
kesanggupan manusia membuat yang semisal dengan al-Qur’an.
Kubu
kedua, ulama yang dengan kemampuan
akalnya melihat persoalan ini sebagai suatu rahasia yang juga dapat diketahui
manusia disamping Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Karena itu merekapun memberikan pengertian dan penafsiran kepada
huruf-huruf tersebut.
III.
Kesimpulan
Pembahasan
Fawatih al-Suwar mempunyai rahasia tersendiri. Huruf al-munqatha’ah (huruf
yang terpotong-potong) disebut fawatih al-suwar (pembukaan surat) menurut
As-Suyuthi, tergolong dalam ayat mutasyabihat.Huruf-huruf yang semacam itu
dalam konteks yang tersurat (mantuq al-nash) tidak memberikan pemahaman
sama sekali, baik langsung atau tidak. Mengenai huruf-huruf munqatha’ah sebagai isyarat bahwa kitab suci tersebut
disusun dari huruf hijaiyah yang sudah biasa dikenal oleh masyarakat Arab, ulama
berbeda dalam menanggapi hal tersebut. Kubu Ulama Salaf, memahaminya sebagai
rahasia yang hanya diketahui Allah. As-Suyuthi memandang pendapat ini sebagai mukhtar
(terpilih). Kubu ulama yang lain dengan kemampuan akalnya melihat persoalan
ini sebagai suatu rahasia yang juga dapat diketahui manusia disamping Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Karena itu merekapun
memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut.
Daftar Pustaka
Al-Quran.
Anwar,Rasihon. Ulumul Qur’an. Bandung:
Pustaka Setia,2006.
Efendi,Nur. Studi al-Qur’an. Yogyakarta:
Sukses Offset, 2014.
Siswa, 2011Purna.Al-Qur’ān Kita. Kediri:
Lirboyo Press,2011.
Syuyuthi (al) , Jalal al-Din. al-Itqān fī Ulum al-Qur’ān.
Beirut: Dār al-Fikr,2012.
[1] Nur Efendi, Studi
al-Qur’an, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2014.),hal.175.
[2] Jalal al-Din
al-Syuyuthi, al-Itqān fī Ulum al-Qur’ān, (Beirut: Dār
al-Fikr,2012.),hal.448-4449.
[3] Lihat
al-Qur’ān surat: al-Fatihah, al-An’am, al-Kahfi, Saba, al-Fatir.
[4] Lihat
al-Qur’ān surat: al-Furqān dan al-Mulk.
[5] Lihat
al-Qur’ān surat : al-isra’, al-A’la, al-Hadid, al-Hasr, al-Shaff, al-Jumu’ah,
dan al-taqhabun.
[7]Rasihon Anwar, Ulumul
Qur’an (Bandung: Pustaka Setia,2006.),134.
[8] Anwar,
Ulumul Qur’an, h.136.
[9]Nur Efendi, Studi
al-Qur’an, hal.180-181.