Selasa, 22 September 2015

KAITAN WUDHU, TAYAMUM DENGAN SHALAT

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fiqih

Dosen Pengampu :
Dr. HM. Ridlwan Hambali, Lc.MA






Oleh :
Muhamad Fachri Dzulfikar
NIM: 2014.01.01.272




FAKULTAS  USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  AL ANWAR
 SARANG REMBANG
2014
KAITAN WUDHU, TAYAMUM DENGAN SHALAT
Oleh: Muhamad Fachri Dzulfikar
I. Pendahuluan
Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki ibadah shalat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. Artinya tanpa thaharah, ibadah shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah. Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut  syara’.
            Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui bahwa shalat merupakan perintah yang harus di kerjakan. Didalam pelaksanaan sholat ada beberapa hal yang harus di lakukan seseorang yang hendak melaksanakan sholat seperti mempunyai wudhu, suci tempatnya atau pakaiannya, begitu juga dengan tayamum sebagai ganti dari wudhu.
            Dengan demikan, makalah ini akan membahas kaitannya wudhu, tayamum dengan sholat.
 II. Pembahasan kaitannya wudhu, tayamum dengan sholat
            Sholat di wajibkan pada malam Isra’, 27 rajab, yaitu 10 tahun lebih 3 bulan terhitung sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi.[1] Dengan diwajibkannya sholat untuk mengingat dan menyembah Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At-Thoha ayat 14;

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

            Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Diwajibkan sholat bagi umat islam dalam keadaan suci, baik dari segi badan,pakaian ataupun tempat. Maka dari itu sangat erat kaitannya dengan wudlu atau tayamum yang tidak bisa di pisahkan kecuali ada sebab-sebab tertentu.
Berikut keterangan tentang wudlu, tayammum dan sholat
  1. Wudhu
a.       Pengertian wudhu
Menurut bahasa, Wudhu artinya indah dan bersih. Sedangkan menurut istilah adalah menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan menyertakan niat.[2] Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu shalatnya tidak sah).[3]
Wudhu' adalah suatu ibadah wajib yang ditetapkan oleh Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki …” (QS. Al Maidah: 6)

b.      fardlunya wudhu
fardlunya wudhu ada enam perkara:
1.      Niat
2.      Membasuh muka
3.      Membasuh kedua tangan sampai kedua siku
4.      Mengusap sebagian kepala
5.      Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
6.      Tertib.[4]

c.       Sunahnya wudhu
Sunahnya wudhu ada banyak diantaranya:
1.      Membaca “bismillah” pada permulaan wudhu
2.      Membasuh dua telapak tangan dengan tiga kali basuhanhingga pergelangan
3.      Bersiwak
4.      Berkumur
5.      Memasukkan air kedalam hidung dengan menggunakan tangan kanan dan menghamburkan dengan tangan kiri
6.      Menyela-nyelai jenggot yang tebal
7.      membasuh seluruh kepala
8.      Menyela jari-jari tangan dan kaki
9.      Membasuh telinga
10.  Membasuh setiap anggota tiga kali
11.  Mendahulukan anggota kanan dari pada yang kiri.[5]

d.      Makruhnya wudhu
1.      Berlebihan dalam menggunakan air
2.      Mendahulukan tangan kanan dari yang kiri dan mendahulukan kaki kanan dari yang kiri
3.      Mengusapi/menyeka anggota wudhu dengan sapu tangan ataupun handuk kecuali dengan adanya ‘udzur
4.      Menambah dari tiga basuhan atau usapan
5.      Meminta bantuan kepada orang lain untuk membasuhkan anggota wudhu dengan tanpa ‘udzur
6.      Membangetkan berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung bagi orang yang berpuasa.[6] Sabda Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam :
وبالغ في الإستنشاق إلا أن تكون صائما (رواه أبو داود : ١٤٢)

Artinya : “Dan lakukanlah istinsyaq dengan sangat kecuali kamu dalam keadaan puasa.” (HR.Abu Dawud : 142)

e.       Perkara-perkara yang merusak wudhu
1.      Segala sesuatu yang keluar dari kedua jalan yaitu dari qubul maupun dubur
2.      Tidur yang ghoiru mutamakkin
3.      Hilangnya akal
4.      Bersentuhan kulit laki-laki dengan istrinya ataupun perempuan lain dengan tidak adanya penghalang
5.      Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan.[7]

B.     Tayamum
Seperti yang sudah kita ketahui sesungguhnya wudhu merupakan syarat syahnya sholat, dan wudhu di lakukan dengan mengunakan air. Bagi orang yang berhalangan(‘udzur) menggunakan air, untuk mengganti wudhu cukup dengan tayamum. Tidak  hanya wudhu, mandipun bisa di ganti dengan tayamum dengan alasan ada ‘udzur.

a.       Pengertian tayamum
Menurut bahasa tayamum adalah tujuan, sedangkan menurut istilah adalah menyampaikan debu yng suci dan mensucikan ke muka dan kedua tangan sebagai ganti dari wudhu atau mandi ataupun sebagai  ganti dari membasuh anggota yang ditentukan.[8]

 Adapun dalil pensyariatan tayamum didalam al-Qur`an, firman Allah  ta’ala:
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ

Artinya : “Dan jikalau kalian dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan atau seseorang diantara kalian baru saja buang hajat atau menggauli wanita, kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka kalian lakukanlah tayammum dengan tanah yang baik. Usaplah wajah kalian dan tangan kalian dari tanah tersebut. Tidaklah Allah menghendaki untuk menjadikan beban bagi kalian, melainkan Allah berkeinginan untuk membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kalian, agar kalian bersyukur.” (QS. Al Maidah [5] : 6).

b.      Syarat tayammum
Adapun syarat-syarat tayamum ada 5 (lima) perkara :
1.      Adanya halangan , baik sebab bepergian atau sebab sakit
2.      Telah masuk waktunya sholat
3.      Mencari air setelah masuk waktunya sholat
4.      Berhalangan dalalm menggunakan air atas lenyapnya nyawa atau lenyapnya kegunaan (fungsi) anggota badan
5.      Memakai debu yang suci , maksudnya harus dengan debu yang suci dan tidak basah.[9]

c.       Fardlunya tayammum
Fardlunya tayammum ada 4 (empat) perkara :
1.      Niat
2.      Mengusap wajah
3.      Mengusap kedua tangan sampai beserta (sampai) kedua siku
4.      Tertib.[10]

d.      Sunahnya tayammum
Sunahnya tayammum ada tiga perkara :
1.      Membaca basmalah
2.      Mendahulukan tangan yang sebelah kanan dari pada yang kiri. Dan demikian pula mendahulukan bagian atas wajahnya dari pada bagian bawah wajahnya
3.      Muwalah (susul-menyusul dengan segera)

Masih ada sunah-sunah tayamum yang lain, yang mana disebutkan di dalam kitab-kitab yang panjang lebar pembicaraannya.[11]

e.       Perkara yang membatalkan tayammum
Perkara yang membatalkan tayammum ada tiga perkara :
1.      Segala perkara yang membatalkan wudlu
2.      Melihat adanya air
3.      Murtad yaitu terputus keislamannya.[12]

Dengan satu kali tayammum hanya diperbolehkan satu kali sholat fardusekalipun sholat nadzar.[13]

C.     Sholat
Menurut bahasa, Sholat artinya do’a. Sedangkan menurut istilah adalah beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan ucapan takbir dan diakhiri dengan ucapan salam , dengan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan.[14]
a.       Syarat wajibnya sholat
Syarat wajibnya sholat ada tiga perkara:
1.      Islam
2.      Baligh
3.      Berakal.[15]
b.      Syarat sahnya sholat
Syarat sahnya sholat ada empat, yaitu :
1.      Suci
Ø  Suci dari hadats, baik hadats kecil atau hadats besar
Ø  Sucinya badan dari najis
Ø  Sucinya pakaian dari najis
2.      Mengetahui masuknya waktu sholat
3.      Menutupi aurat
4.      Menghadap qiblat.[16]
c.       Rukunnya sholat
Rukunnya sholat ada 13 perkara :
1.      Niat
2.      Berdiri bagi yang mampu pada sholat fardhu
3.      Takbirotul ihrom
4.      Membaca fatihah
5.      Ruku’
6.      Thuma’ninah di dalam ruku’
7.      Bangun dari ruku’ dan I’tidal
8.      Thuma’ninah di dalam I’tidal
9.      Sujud
10.  Thuma’ninah di dalam sujud
11.  Duduk diantara dua sujud
12.  Thuma’ninah di dalam duduk diantara dua sujud
13.  Duduk pada raka’at akhir artinya duduk yang mengiringi salam
14.  Membaca tasyahud pada duduk yang terakhir
15.  Membaca sholawat Nabi
16.  Mengucap salam yang pertama
17.  Niat hendak keluar dari sholat
18.  Tertib.[17]
d.      Sunnah-sunnah dalam shalat
1.      Sunnah-sunnah shalat sebelum masuk melakukan shalat ada dua perkara :
a.       Adzan
b.      Iqamah
2.      Sunnah-sunnah shalat setelah masuk melakukan shalat ada dua perkara :
a.       Tasyahud yang pertama
b.      Membaca do’a qunut di dalam shalat subuh
3.      Sunnah hai-at ada 15 perkara :
1.      Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram
2.      Mengangkat kedua tangan sewaktu ruku’ dan bangun dari ruku’
3.      Membaca do’a tawajjuh
4.      Membaca do’a isti’adzah setelah membaca do’a iftitah
5.      Membaca dengan suara yang keras pada tempatnya
6.      Membaca “Amin” yang diucapkan mengiringai fatihah
7.      Membaca surah setelah membaca fatihah
8.      Bertakbir sewaktu hendak turun untuk ruku’
9.      Mengucap “sami’allaahu liman hamidah”pada saat mushalli mengangkat kepalanya dari ruku’
10.  Membaca tasbih di waktu ruku’
11.  Membaca tasbih di waktu sujud
12.  Meletakkan kedua tangan pada kedua paha di waktu duduk untuk bertasyahud yang pertama dan yang terakhir
13.  Duduk iftirash di dalam semua duduk yang terdapat dalam sholat
14.  Duduk tawarruk pada duduk yang terakhirdari sekian banyak duduk yang terdapat da;am shalat
15.  Salam yang kedua.[18]
4.      Sunnah ab’adl ada 6, yaitu:
1.      Tahiyyat awal
2.      Duduk pada saat tahiyyat awal
3.      Berdo’a qunut pada shalat subuh
4.      Berdo’a qunut pada akhir shalat witir pada pertengahan yang kedua(akhir) dari bulan ramadlan
5.      Berdiri untuk membaca qunut
6.      Membaca shalaawat Nabi SAW pada saat tahiyyat awal dan juga keluarga Nabi pada saat tahiyyat akhir.[19]
e.       Perkara yang membatalkan shalat
Sesuatu yang dapat membatalkan shalat ada 11 perkara :
1.      Berbicara dengan disengaja
2.      Melakukan gerakan yang banyak secara bersambung
3.      Berhadats kecil dan besar
4.      Terkena najis yang tidak di ampuni adanya
5.      Terbukanya aurot secara sengaja
6.      Merubah niat
7.       Membelakangi qiblat
8.      Makan dan minum
9.      Tertawa berbahak-bahak
10.  Murtad.[20]

III. Penutup
Thaharah berperan sangat penting dalam ibadah shalat. Keduanya tidak bisa di pisahkan, karena kewajiban ibadah shalat atas umat islam harus dalam keadaan suci, baik suci badan, pakaian atau tempat. Setiap muslim yang akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus mengetahui dan terampil melaksanakannya, mulai dari wudhu, tayamum yang sebagai ganti dari wudhu dan lain-lain, sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut  syara’dan ibadah shalat menjadi sempurna.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an.
Bugho (al), Mustofa.Fiqhul al-Manhaj ‘ala madzhabil imam al-syafi’i. Pakis: Dār al-Mustofā,1431H.
Malibarī (al), Zainuddin bin Abdul Aziz.Fathul mu’in. Beirut: Dār al-Kotob al-ilmiyah,1434H.
Ghozī (al), Muhammad bin Qosim.Fathul Qorīb al-Mujīb. Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah,1435H.
http://fajarnoverdi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-wudhu.html






           










[1] Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibarī, Fathul mu’in, (Beirut: Dār al-Kotob al-ilmiyah,1434H.),7.
[2] Mustofā al-bugho, Fiqhul al-Manhaj ‘alā madzhabil imam al-syafi’ī, (pakis: Dār al-Mustofā,1431H.),33.
[3] http://fajarnoverdi.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-definisi-wudhu.html
[4] Muhammad bin Qosim al-Ghozī, Fathul Qorīb al-Mujīb, (Jakarta: Dār al-Kutub al-Islamiyah,1435H.),14.
[5] al-bugho, Fiqhul al-Manhaj ‘alā madzhabil imam al-syafi’ī,35.
[6] Ibid.,37
[7] Ibid.,38
[8] al-Ghozī, Fathul Qorīb al-Mujīb,23.
[9] Ibid.,24
[10] Ibid.,24
[11] Ibid.,25
[12] Ibid.,25
[13] Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibarī, Fathul mu’in, (Beirut: Dār al-Kotob al-ilmiyah,1434H.),15.
[14] al-Ghozī, Fathul Qorīb al-Mujīb,32.
[15] Ibid.,34
[16] al-bugho, Fiqhul al-Manhaj ‘alā madzhabil imam al-syafi’ī,75.
[17] al-Ghozī, Fathul Qorīb al-Mujīb,37.
[18] Ibid.,40
[19] Ibid.,45
[20] Ibid.,42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar