Selasa, 22 September 2015

KONSEP TRADISI ISLAM dan TRANSFORMASI NILAI-NILANYA di MASA NABI


Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sirah Nabawiyah

Dosen Pengampu
Dr. HM. Ridlwan Hambali, Lc.MA






Disusun oleh:
Nama
NIM
Semester
: Muhamad Fachri Dzulfikar
: 2013.01.01.272
: II

FAKULTAS  USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  AL ANWAR
 SARANG REMBANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.                   LATAR BELAKANG
Ketika nabi Muhammad SAW lahir (570 M), Makah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai, menghubungkan Yaman di selatan dan Syiria di utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Makkah menjadi pusat keagamaan Arab. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Bila dilihat dari asal usul keturunan, penduduk jazirah Arab dapat dibagi menjadi menjadi dua golongan besar yaitu : Qahthaniyun (keturunan Qahthan) dan Adnaniyun (keturunan Ismail Ibn Ibrahim). Pada mulanya wilayah utara diduduki golongan Adnaniyun, dan wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyun. Akan tetapi lama kelamaan kedua golongan itu membaur karena perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya .[1]
 Sejak kehadiran islam di Makkah yang dibawa oleh Rasulullah Saw, telah membawa arus tranformasi yang sangat radikal dan komprehensif, terutama bagi kehidupan individual dan sosial di wilayah tersebut.islam merombak total perilaku dan kebiasaan masyarakat yang berakar kuat pada tradisi turun-temurun. Baik itu menyangkut ketuhanan, standar-standar penilaian, cara pandang seseorang pada tata kehidupan, maupun alam dan penempatan posisi manusia itu sendiri. Begitu pula dalam stuktur kemasyarakatan, islam telah memberikan format yang sangat tegas dalam pembentukannya, sehingga hampir seluruh struktur yang ada tergeser secara sosiologis.
II.                RUMUSAN MASALAH
A.       Bagaimanakah kondisi bangsa arab di masa Nabi Saw setelah islam masuk ?
B.        Bagaimanakah tradisi sosial, budaya dan agama di masa Nabi Muhammad Saw?

BAB II
PEMBAHASAN


 A.  Kondisi bangsa arab di masa Nabi Saw setelah islam masuk.
Setelah terjadinya penaklukkan terhadap kota Mekah, penduduk kota tersebut yang masih menganut kepercayaan watsani tiba-tiba berbondong-bondong menyatakan bahwa mereka masuk Islam.
Maka sejak itu terjadi perubahan-perubahan yang besar terhadap mereka baik dari segi watak, budaya dan kepercayaan. Dari segi watak, perubahan yang terjadi yaitu bangsa Arab yang semula sangat bangga dengan kabilah, darah dan turunannya masing-masing maka ketika Islam telah menjadi agama yang mereka anut mereka dipersatukan di atas suatu bendera dengan satu nama yaitu Islam.[2]
Sehingga bangsa Arab saat itu saling menghormati satu sama lain dan karena itu pula perselisihan-perselisihan antar kabilah yang sering terjadi pada masa jahiliyah dapat dihindarkan.Islam juga mengajarkan untuk saling menyayangi satu sama lain ,menyambung tali silaturahim dan bertetangga dengan baik.[3]

B. Tradisi Bangsa Arab di masa Nabi Saw

  a. Tradisi Sosial
            Satu pengaruh yang menonjol dari Islam terhadap mental bangsa Arab ialah timbulnya kesadaran akan arti dan pentingnya disiplin dan ketaatan.  Sebelum Islam, keinsyafan yang demikian itu sangat tipis bagi mereka. Padahal untuk membina suatu masyarakat yang teratur dan tertib amat diperlukan disiplin dan kepatuhan kepada pimpinan, hal ini pada masa Jahiliyah belum jelas kelihatan. Dalam mengatur masyarakat, Islam mengharamkan menumpahkan darah dan dilarangnya orang menuntut bela dengan cara menjadi hakim sendiri-sendiri seperti zaman Jahiliyah, tetapi Islam menyerahkan penuntutan bela itu kepada pemerintah. Islam pula banyak meletakkan dasar-dasar umum masyarakat yang mengatur hubungan antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakatnya, antara suatu kelompok masyarakat dengan kelompok lainnya, hukum keluarga sampai kepada soal bernegara.
            Islamlah yang pertama-pertama mengangkat derajat wanita; memberikan hak-hak kepada wanita sesuai dengan wanitaannya. Islam menegakkan pula ajaran persamaan antara manusia dan memberantas perbudakan.
            Sesudah bangsa Arab memeluk Islam kekabilahan mulai ditinggalkan, dan timbullah tradisi kesatuan persaudaraan dan kesatuan agama, yaitu kesatuan umat manusia di bawah satu naungan panji kalimat syahadat. Tradisi yang semulanya dasar pertalian darah diganti dengan dasar pertalian agama. Demikianlah bangsa Arab yang tadinya hidup bercerai berai, berkelompok-kelompok, berkat agama Islam mereka menjadi satu kesatuan bangsa, kesatuan umat, yang mempunyai pemerintahan pusat, dan mereka tunduk kepada satu hukum yaitu hukum Allah dan Rasul-Nya.

    b. Tradisi keagamaan (Ideologi)  
            Ketika cahaya ad-Din al-hanif merebak kembali, dengan bi’tsah penutup para Nabi (Muhammad saw), wahyu Ilahi datang menyentuh segala kegelapan dan kesesatan yang telah berakar selama rentang zaman tersebut. Kemudian menghapuskan dan menyinarinya dengan cahaya iman tauhid dan prinsip-prinsip keadilan, di samping menghidupkan kembali “sisa-sisa” hanifiyah yang ada. Maka Jahiliyah sudah mulai “menyadari” jalan terbaik yang harus diikutinya, tidak lama sebelum bi’tsah Rasulullah saw. Pemikiran-pemikiran Arab sudah mulai menentang kemusyrikan, penyembahan berhala dan segala khurafat Jahiliyah. Puncak kesadaran dan revolusi ini tercermin dengan bi’tsah Nabi saw dan dakwahnya yang baru.
            Makna dari pemikiran ini, bahwa sejarah Jahiliyah semakin terbuka kepada hakekat-hakekat tauhid dan sinar hidayah. Yakni semakin jauh dari zaman Ibrahim as. Mereka semakin dekat dengan prinsip-prinsip  dan dakwahnya, sehingga mencapai titik puncaknya pada bi’tsah Rasulullah saw. Reruntuhan rambu-rambu hanifiyah pada bangsa Arab di masa bi’tsah Nabi saw tercermin pada percikan-percikan kebencian kepada berhala dan keengganan untuk menyembahnya,sehingga mereka beralih kepada nilai-nilai Islam.
            Rasulullah saw banyak menetapkan tradisi-tradisi dan prinsip-prinsip yang sebelumnya telah berkembang di kalangan orang Arab. Tetapi pada waktu yang sama, Rasulullah juga menghapuskan dan memerangi yang lainnya.
Meskipun demikian, di zaman Rasulullah juga masih terdapat golongan yang mempertahankan tradisi atau mereka yang lama (menyembah berhala) yaitu kaum Quraisy. Mereka senantiasa beruapaya menentang ajaran Islam bahkan seringkali mengganggu jalannya aktivitas dakwah Rasulullah. Namun hal itu tidak membuat Rasul gentar bahkan semakin memperkuat dan memperkokoh perjuangannya dalam menyiarkan Islam, terbukti dengan tersebar luasnya Islam hingga saat ini.
           
   c. Tradisi Budaya
Islam diturunkan kepada Rasulullah saw agar disampaikan kepada seluruh umat manusia dan menjadi petunjuk kebenaran kepada seluruh umat manusia sampai akhir masa. Rasulullah saw adalah orang Arab yang hidup dalam kebudayaan Arab. Oleh karena itu beliau berbicara dalam bahasa Arab dan berpakaian masyarakat Arab. Bagi umat Islam Arab, tradisi kebudayaan Islam berkembang dalam bentuk kebudayaan-peradaban Arab. Tradisi kebudayaan masyarakat Arab pada zaman Islam mengalami perbaikan dan perkembangan sesuai dengan syariat Islam. Sedikit demi sedikit budaya dan tradisi-tradisi lama yang dianggap menyimpang mulai menghilang.
Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menonjol dalam sejarah adalah budaya intelektual Islam. Untuk itu dapat diketahui bahwa perkembangan kebudayaan Islam beranjak dari perkembangan ilmu pengetahuan yang kemudian banyak melahirkan tokoh-tokoh intelektual muslim.
Sejarah mencatat bahwa Islam lahir sekitar abad ketujuh masehi. Generasi pertama muslim telah lahir ilmuan-ilmuan multidisiplin, seperti dalam bidang bahasa dan sastra telah lahir banyak tokoh salah satunya Hasan bin Tsabit, dalam bidang strategi perang lahir panglima-panglima yang tidak hanya memiliki keberanian tetapi juga strategi yang jitu salah satu diantaranya Khalid bin Walid yang mampu mengalahkan imperium Romawi sebagai negara adi daya pada masa itu, begitu pula dalam bidang ekonomi, politik, kedokteran dan lain-lain. Meskipun pada masa tersebut tidak secara tegas diklasifikasikan tokoh-tokoh tersebut dalam berbagai disiplin, karena seorang ilmuwan kadang menguasai lebih dari satu cabang.
Para ilmuwan muslim juga telah melahirkan sistem berfikir atau metode berijtihad dalam disiplin ilmu tertentu yang dikenal dengan mazhab. Diantara para ilmuwan tersebut adalam Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Safi’i dan Imam Hambali dalam disiplin ilmu Fikih. Perkembangan pemikiran Islam di bidang Fikih  kemudian diiringi dengan perkembangan pemikiran-pemikiran di bidang keilmuwan yang lain yang banyak melahirkan ilmuan muslim, seperti Umar Khayyam, Ibnu Sina, Al-Gazhali, Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi dan lain-lain.
Selain budaya intelektual pada masyarakat Arab juga terdapat hasil kebudayaan dalam bentuk bangunan (arsitektur), yakni masjid sebagai pusat kebudayaan Islam. Aktivitas pertama Rasulullah ketika tiba di Madinah adalah membangun Masjid karena masjid merupakan tempat yang dapat menghimpun berbagai jenis kaum muslimin. Di dalam masjid, seluruh muslim dapat membahas dan memecahkan persoalan hidup, bermusyawarah untuk mewujudkan berbagai tujuan, menjauhkan diri dari kerusakan, serta mengahadang berbagai penyelewengan akidah. Bahkan masjid pun dapat menjadi tempat mereka berhubungan dengan Penciptanya dalam rangka memohon ketentraman dan pertolongan Allah.
            Berdasarkan uraian tersebut dapat jelas terlihat bahwasanya bangsa Arab di zaman Islam telah mencapai kebudayaan dan peradaban tinggi. Bahkan bangsa Arab yang sederhana akhirnya dapat menaklukkan tradisi kebudayaan bangsa lain namun tidak luluh tehadap kebudayaan bangsa taklukannya melainkan telah memberi bentuk yang lebih positif kepada kebudayaan bangsa lain.

Dilihat dari segi budaya,perubahan tradisi yang terjadi ialah:
·         Bangsa Arab yang semula sangat gemar melantunkan dan mendengarkan syair-syair para penyair di pasar Ukaz pada zaman Islam, mereka asik membaca Qur'an siang dan malam.
·         Kebiasaan meratap yang sering dilakukan pada masa jahiliah mereka tinggalkan. Karena agama Islam telah melarang perbuatan meratap.
·          Pada zaman Islam, bangsa Arab juga telah merubah kebiasaan mereka yang suka membunuh anak perempuan yang baru lahir.
·         Terhapusnya sistem perbudakan karena dalam Islam semua orang memiliki hak yang sama.
·          Adanya pengaturan terhadap pernikahan. Sehingga kebiasaan mengawini janda bekas ayah yang dilakukan oleh masyarakat jahiliah dilarang.[4]

Perubahan-perubahan yang dibawa Islam dalam sistem kepercayaan bangsa Arab sangat jelas terlihat. Bangsa Arab tidak lagi menyembah berhala, matahari dan bulan. Mereka mengamalkan ajaran-ajaran islam seperti : salat, puasa, membayar zakat, dan berhaji.[5]

BAB III
PENUTUP

A.                KESIMPULAN
Perkembangan Islam di masa Nabi sungguh sangat cepat, itu dikarenakan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Nabi meletakkan nilai-nilai Islam dengan penuh hikmah dan sangat bijak dalam menyelesaikan masalah dikala ada persoalan. Baik itu persoalan kenegaraan, kemasyarakatan atau pun keagamaan. Tidak ada yang merasa diskriminasi oleh sikap-sikap Nabi. Keunggulan Nabi tidak hanya diakui oleh umat Islam, akan tetapi nonmuslim pun mengakui akan kecakapan Nabi dalam berbagai hal. Sehingga Nabi mampu merubah tradisi Bangsa Arab pada zaman itu.









DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri.1993. Sejarah Peradaban Islam . Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Gulen, M. Fethullan. 2002.Versi terdalam : Kehidupan Rasululloh Muhammad SAW .Jakarta : Murai Kencana.








[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993), hlm  9.
[2] Ibid, hlm 122
[3] M. Fethullan Gulen, Versi terdalam : Kehidupan Rasul Allah Muhammad SAW, (Jakarta : Murai Kencana, 2002), hlm 65
[4]  Ibid, hlm 67
[5] Ibid, hlm 69

Tidak ada komentar:

Posting Komentar